Kamis, 28 Agustus 2008

THE POWER OF "OTAK"


"Raih Sukses dengan menggunakan semua otak,baik otak sendiri maupun meminjam otak orang lain"(BS.Wibowo)

Artinya....kita sukses tdk bisa hanya sendiri tapi kita butuh belajar dan terus belajar dar siapapun...

Ada 6 jalan yg bisa kita lakukan :
1. Tututplan pintu kesenangan dan buka pintu kesungguhan,
2. Tutup pintu kesombongan dan buka pintu kerendah hatian
3. Tutup pintu kesantaian dan buka pintu perjuangan
4. Tutup pintu tidur dan buka pintu bangun malam
5. Tutup pintu kekayaan dan buka pintu kemiskinan...(artinya agar kita tidak cepat berpuas diri)
6. Tutup pintu khayalan dan bukalah pintu persiapan kematian...(artinya agar kita selalu bertindak,karena waktu sangat terbatas)

ya,,,Meluar Biasakan diri!!
Memiliki "cara berbeda" dari umumnya manusia dalam menyikapi dunia. Ia melihat bukan hanya dgn mata....tapi dengan HATI dan NURANI.
Pandangan jauh ke depan...Orientasi menembus jauh jangkauan, Cita2 yg tinggi menjulang...langkah tegar ...kerjanya besar,tak mudah lelah, tak gampang menyerah....tak miskin Gairah......!!

Never put any limitation....
Never Give up

BERGERAK OR MATI


BERGERAKLAH ATAU MATI

“Kita ini tak pernah berbuat salah, tapi kok selalu merasa dikejar-kejar ya.”

Itulah ungkapan salah satu manajer yang saya temui beberapa saat lalu. Sambil mohon maaf dia mengungkapkan betapa waktu yang dimilikinya setiap hari tak cukup untuk melakukan semua hal sehingga beberapa kali menunda apa yang dijanjikan.

Sebenarnya bukan hal serius karena yang saya minta adalah beberapa belas menit untuk memberi pendapat soal pendukung pendidikan anaknya. Tapi begitulah kenyataannya, manajer di satu perusahan nasional itu tampaknya benar-benar tak punya waktu. Mungkin perasaan ini sering pula Anda alami. Betapa pekerjaan tak mudah dipuaskan tuntutannya.

Selalu saja ada tugas baru dari atasan yang mesti dikerjakan serta ada saja yang dirasa kurang. Mungkin itulah risiko menjadi pegawai. Tapi ternyata sebenarnya perasaan semacam itu adalah hal wajar yang dialami banyak orang yang mau terus berbuat lebih baik. Selalu tak puas dengan apa yang telah dicapai.

Jadi itu wajar dan manusiawi, meskipun bagi mereka yang kurang suka kerja keras kondisi dan tuntutan itu terasa mengada-ada. Dan bagi pimpinan puncak di manajemen serta pemilik usaha, tuntutannya bahkan lebih tinggi lagi. Tuntutan tak terstruktur yang bisa jadi lebih susah untuk mengukurnya karena menyangkut visi dan antisipasi.

Tuntutan yang jauh lebih kompleks daripada sekadar melaksanakan tugas karena mesti mengawang-awang memperhitungkan segala kemungkinan. Sejak plotting siapa harus ke mana, bagaimana neraca dan cashflow usaha hingga enam bulan dan setahun ke depan, sampai soal strategi produksi dan pemasaran suatu produk yang baru digagas.

Dislokasi Selalu
Lepas dari soal status, jelas bahwa sebagai pribadi, sebenarnya soal kompleksitas masalah yang mesti dihadapi ini tak ada bedanya. Setiap orang dituntut selalu melakukan perhitungan, antisipasi, mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Prinsipnya bagaimana memenuhi tuntutan tanpa lelah terus memperbarui diri agar tak ketinggalan.

Apalagi di tengah situasi dan kondisi yang begitu cepat berubah. Sejak soal perkembangan suatu peristiwa yang sekarang bisa diikuti dari menit ke menit, sampai ke soal keterampilan, kompetensi dan bidang tugas yang bisa dengan cepat kehilangan relevansinya untuk bisa memberikan sumbangan bagi pencapaian target perusahaan.

Kalau mau ditambah daftarnya bisa disebutkan peluang usaha atau bahkan bentuk usaha baru yang harus dengan jeli diamati untuk bisa masuk di saat yang tepat dan menuai sukses. Yang bila tak dimanfaatkan dengan seksama momentumnya akan mengecilkan dan menghilangkan begitu saja kesempatan di depan mata.

Dalam menjalaninya, bisa jadi tidak harus membuat pilihan jadi dikotomis: hanya mengerjakan ini atau itu atau yang satu harus dikerjakan dan yang lain harus disingkirkan karena akan bertabrakan. Tapi justru bagaimana membuatnya selalu bisa bersinergi: sukses yang satu akan menambah sukses yang lain dan saling menunjang.

Soalnya memang mengubah habit yang selama ini sudah terbentuk. Mesti ada pembelajaran keterampilan baru atau setidaknya kesadaran baru bahwa dislokasi—entah karena pekerjaannya hilang, desakan struktural dari bawah atau tuntutan lainnya–selalu bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja.

Tak Bisa Stay
Prinsipnya memang orang tidak bisa stay selamanya pada satu posisi kalau tak mau mandek dan mati. Jadi memang harus ada fleksibilitas untuk beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi. Dan bahwa kesediaan untuk menjalankan keyakinan pentingnya selalu meng-update diri akan bisa mengatasi resistensi psikologis.

Terjadinya reaksi psikologi seperti bingung, menolak atau bahkan marah dan terhina beberapa saat setelah sadar tak ada privilege lagi itu satu keniscayaan. Masalahnya bagaimana selalu bisa bangkit lagi menata perasaan dan rasio untuk terus keep fighting mempelajari dan sekaligus menerapkan hal dan kebiasaan baru itu.

Jadi malas itu nonsens kalau orang merasa perlu melakukan satu keharusan demi sesuatu yang dianggapnya baik dan penting. Soal utamanya mungkin banyak sekali pengalih perhatian (distractors) di sekelilingnya yang memang membuat yang bersangkutan larut dan meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang lain yang dianggap penting.

Proses yang seakan otomatis ini sering membuat kondisi tanpa prioritas. Akibatnya tahu-tahu saja waktu habis dan orang merasa tak melakukan apa-apa. Di sinilah perlunya menghayati kondisi here and now (di sini dan sekarang) yang bisa dirasakan sepenuhnya secara fisik dan mental.

Bukan kondisi terburu-buru dikejar target atau sekadar harus dilakukan atau yang lebih celaka jadi sekadar seperti refleks gerak mesin yang otomatis. Tak ada makna yang bisa dirasakan dan aliran sensasi jiwa dan raga yang bisa dinikmati karena semua memang datar saja tanpa gejolak berarti.[rab]

Kamis, 21 Agustus 2008

Buat diri ANDA selalu SUKSES


BERANI SUKSES adalah WAJIB!!

Orang yang telah meraih kesempurnaan mengikuti jalur yang
tetap dalam mencapai keberhasilan. Rumus ini disebut
keberhasilan Optimal (Performance) ( Anthony Robbins )

Mari kita bahas apa yang dimaksud oleh Anthony Robbins
dengan rumus keberhasilan optimal atau Peak Performance.

Langkah Pertama dari rumus ini adalah :
Mengetahui apa yang ingin dihasilkan, yaitu : menentukan
dengan tepat apa yang diinginkan.
Orang tidak malas. Mereka hanya memiliki tujuan yang
impoten yaitu tujuan yang tidak mengilhami mereka,
Anthony Robbins

Langkah Kedua adalah :
Bertindak kecuali kalau Anda
menginginkan itu tetap tinggal sebagai mimpi. Anda harus
memilih jenis tindakan yang diyakini mempunyai kemungkinan
terbesar dapat menghasilkan apa yang diinginkan. Tindakan
yang dilakukan tidak selalu menghasilkan apa yang diinginkan.

Langkah Ketiga adalah :
Mengembangkan indera perasa untuk
mengetahui jenis tanggapannya dan hasil yang diperoleh dari
tindakan, dan memperhatikan secepat mungkin apakah akan
mendekati hasil atau menjauhinya. Anda harus tahu apa yang
diperoleh dari tindakan itu, dari perbincangan ataukah dari
kebiasaan sehari-hari. Kalau yang diperoleh bukanlah yang
diinginkan, perhatikanlah apa yang didapat dari tindakan itu,
sehingga dapat belajar dari pengalaman orang. Lalu lakukanlah

Langkah Keempat adalah :
Langkah yang dapat mengembangkan
keluwesan mengubah perilaku sampai memperoleh apa yang
diinginkan. Jika melihat orang yang berhasil, anda akan
menyadari bahwa mereka mengikuti langkah-langkah ini.
Mereka mulai dengan suatu sasaran, karena tanpa sasaran
tidak akan dapat mencapainya. Mereka bertindak
karena hanya mengetahui tidaklah cukup. Mereka mampu menilai
orang lain, untuk mengetahui tanggapan apa yang mereka peroleh,
dan tetap beradaptasi, tetap menyesuaikan, tetap mengubah
perilaku mereka sampai mereka berhasil.

Semoga apa yang Anda pelajari disini bermanfaat untuk anda,
keluarga dan sesama anda.

Salam Dahsyat!!!